Minggu, 21 Juni 2020

Artikel Halaman Opini

                    Dunia Baru Pendidikan di Tengah Pandemi

     Semasa pandemi ini banyak sekali perubahan yang terjadi di negeri ini, bahkan dunia pendidikan menjadi salah satu yang paling menonjol dikalangan masyarakat karena sekolah menggunakan sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) tanpa tatap muka atau daring. Banyak orang tua yang ikut bertanggung jawab mendampingi anaknya untuk belajar dari rumah, mereka mengakui bahwa menamani dan menjelaskan tugas sekolah tidak semudah yang di bayangkan.

Kurikulum Pendidikan
Saat ini  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan sistem tanpa tatap muka atau daring. Hal ini telah ditetapkan Kemendikbud untuk mencegah penyebaran COVID-19, Kurikulum yang diterapkan pada masa pandemi sebaiknya menggunakan kurikulum darurat dengan menilai yang cocok dan tidaknya penerapan tersebut. Salah satu bentuk yang pemerintah lakukan untuk membuat peserta didik tidak bosan dalam belajar, Kemendikbud memberikan saluran pendidikan pembelajaran pada saluran TVRI. Guru pun dituntut untuk memberikan pembelajaran yang lebih kreatif dan mudah dipahami agar peserta didik tidak mudah bosan.
Menjelang ujian sekolah seluruh peserta didik mengerjakan ujian pun menggunakan sistem daring. Untuk Ujian Nasional (UN) bagi jenjang akhir ditiadakan, Bagaimana untuk nilai akhir sekolah? Pendidik lebih memahami bagaimana keseharian peserta didik dalam belajar maupun saat ujian sehingga tidak ada syarat-syarat yang tidak masuk akal untuk menilai muridnya.
Keterbatasan di dunia pendidikan dalam kurikulum pendidikan dapat di maksimalkan oleh pihak yang berkaitan seperti murid, guru, bahkan  pemerintah yang harus saling bekerja sama untuk memajukan pendidikan serta dapat pula mengejar ketertinggalan.

Tantangan Pendidikan.
Pendidikan lebih dipandang masyarakat ditengah pandemi ini. Mutu pendidikan dilihat semakin menurun kualitasnya di daerah-daerah tertinggal. Fasilitas yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan belajar murid dari rumah.
Kesenjangan dirasakan di daerah-daerah yang tertinggal antara pusat dan daerah. Banyak orang yang mengeluhkan daerah yang tertinggal untuk mendapatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kini menurun di lingkungannya. Kegiatan Balajar Mengajar (KBM) di daerah yang tertinggal tidak efektif karena banyak kekurangan seperti jaringan internet yang kurang memadai, alat elektronik yang tidak lengkap dan komunikasi yang tidak efektif.
Pandemi ini memberikan pelajaran pada dunia pendidikan khususnya di Indonesia, jika pandemi ini mereda, guru dan siswa dapat beraktivitas kembali. Guru kembali dituntut harus lebih kretif dalam mendidik murid-muridnya di sitauasi apapun, siswa juga membutuhkan penjelasan dan tatacara belajar jarak jauh, sehingga siswa lebih siap belajar secara online dengan tanpa tugas-tugas belajar yang memberatkan, dan orang tua perlu diberikan pemahaman bahwa tugas guru dalam proses pembelajaran begitu berat, sehingga ada kerjasama yang baik antara orang tua, siswa, guru dan sekolah.

Sabtu, 20 Juni 2020

SURAT PEMBACA

Sampah Menumpuk dan Berserakan, Tidak Ada Yang Peduli !

     Sering kali saya melihat di jalan banyak sampah yang menumpuk berserakan. Tak hanya satu orang yang membuang sampah sembarang namun banyak orang yang membuangnya sembarangan di jalan. Bahkan dalam beberapa hari sampah tidak diangkut oleh petugas kebersihan daerah. Hal ini juga menyebabkan penumpukan sampah yang berlebih dan membuat orang yang melewatinya merasa tidak nyaman karena bau busuk. 
     Bagaimanapun jalanan merupakan tempat yang digunakan bersama, seharusnya pengguna jalan  menjaganya agar tetap nyaman dilewati. Tidak hanya orang-orang yang menjaganya tetap bersih, namun petugas kebersihan juga pun harus memperhatikan tempat-tempat yang kerapkali dijadikan tempat pembuangan sampah masyarakat untuk dipindahkan, sehingga tidak ada lagi penumpukan sampah. Saya berharap semua masyarakat dan petugas kebersihan bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menindak lanjuti hal ini agar lingkungan menjadi nyaman, sehat dan asri.

Nur Awaliah Rahmah,
Warga Jakarta

Kamis, 04 Juni 2020

Tajuk Rencana


Pembelajaran Daring Merumitkan Perkuliahan
Pandemi Virus Corona atau COVID-19 yang akhir Maret lalu masuk ke Indonesia, kini membuat semua orang khawatir. Pandemi atau wabah Virus Corona sudah menyerang banyak orang bahkan Negara selain Indonesia banyak yang terpapar Virus Corona tersebut. World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi karena seluruh warga dunia berpotensi terkena infeksi penyakit COVID-19.
Di Indonesia pandemi Virus Corona atau COVID-19 banyak mengubah sendi kehidupan mulai dari pekerjaan hingga ke pendidikan. Untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 pemerintah menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk sosial distancing. Di dunia pendidikan, kebijakan ini tentu saja membuat pelajar harus belajar dirumah dan menghidari kerumunan.
Sistem pendidikan berubah akibat pandemi. Awalnya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka tetapi kini berubah menjadi sistem daring yang menggunakan berbagai macam aplikasi yang bisa dilakukan untuk proses belajar mengajar.
Berbagai mahasiswa dari universitas di Indonesia merasa dilema pada situasi pandemi yang saat ini masih belum diketahui secara pasti kapan berakhirnya masa pandemi virus Corona di Indonesia.
"Perkuliahan daring seperti ini membuat lelah, dosen yang memberi tugas berlebih dengan deadline yang singkat serta jaringan internet yang kurang memadai. Saat ini seharusnya mahasiswa tetap menjaga imun dan istirahat yang cukup agar tetap kebal terhadap Virus, menjaga kesehatan mata agar tidak rusak karena terlalu sering menatap layar. Tetapi sepertinya tidak, kerap kali mahasiswa menjaga nilainya agar tidak buruk di semester ini". Ujar Lulu, salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Menurut saya sebagai mahasiswa yang sekarang yang masih terbilang mahasiswa baru tahun 2019. Pasti tentunya ada kesulitan juga untuk mengikuti perkuliahan melalui online. Diantaranya: 1. Aplikasi yang harus di unduh untuk penyampaian materi dari dosen untuk mahasiswa. Aplikasi untuk mengumpulkan tugas. Mau tidak mau suka tidak suka harus di jalankan sebab itu jalan agar mahasiswa tidak berhenti untuk berpikir,belajar dan mendapatkan ilmu. 2. Efektivitas belajarnya kurang. 3. Terkadang tidak sesuai jadwal, seharusnya hari kamis menjadi hari senin atau selasa". Ungkap Hayatun, Salah satu mahasiswan Universitas Gunung Djati Cirebon.
"Bagi saya, kuliah online di masa pandemi ini tidak efektif karena banyaknya kendala komunikasi mulai dari jaringan, kuota, dan penggunaan aplikasi yang tidak efektif pemakaiannya. Hal ini membuat beberapa mahasiswa kurang menangkap isi materi kuliah pada saat Kuliah Online berlangsung. Ada yang mengikuti pembelajaran, namun juga ada yang tidak bisa mengikuti dikarenakan masalah sinyal tidak mendukung. Beberapa mahasiswa lainnya juga merasa di bebani oleh setumpuk tugas dari dosen, berbeda dengan kuliah biasa pada umumnya". Ujar Aulia, salah satu mahasiswa Universitas IAI Al-Azis, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Lain halnya dengan salah satu mahasiswa semester dua Universitas Nasional Prodi Biologi, Aurelia mengatakan "Sebenarnya tidak terlalu dilema sekali. Menurut saya kata dilema kurang cocok untuk menggambarkan kondisi perkuliahan saat ini. Karena perkuliahan bersistem daring seperti saat ini, mungki/n hanya membutuhkan waktu dan energi yang ekstra agar dapat menerima materi perkuliahan secara utuh. Mengingat kuliah daring ini memiliki keterbatasan dalam segi pemahaman, jadi kita perlu lebih banyak membaca dan memahami materi kuliah yang diberikan. Selain pada waktu penjelasan ketika forum Zoom maupun Google Meet. Sisi positifnya kita menjadi lebih kritis dalam berpikir, dan lebih mandiri untuk mencari berbagai informasi tambahan. Dan negatifnya dari kuliah daring ini, menurut saya cukup menyita banyak waktu dalam memahami materi. Dibandingkan kelas tatap muka yang mudah bertanya untuk memahami materi. Selain itu tugas juga semakin bertambah banyak, tidak seperti sebelumnya saat kuliah tatap muka". Jelasnya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan setelah berlakunya sosial distacing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tentunya juga dihimbau untuk pelaksanaan sekolah/kuliah dilakukan secara online. Namun ternyata, kebijakan ini tidak berlangsung dengan efektif sesuai dengan gambaran kebijakannya. Bahkan banyak yang mengalami kesulitan, seperti penggunaan teknologi, keterbatasan sarana dan prasarana, Jaringan Internet yang tidak memadai, dan proses pembelajaran yang tidak efektif. Hal ini membuat Mahasiswa menjadi dilema dalam melakukan perkuliahan daring.
Perkuliahan daring seperti ini membuat mahasiswa dilema karena kesulitan untuk mengatur waktu saat kuliah, terlebih lagi ada beberapa dosen yang memberikan tugas rumit dengan deadline di hari yang sama sehingga tidak mudah untuk tepat waktu dalam pengumpulan ataupun menghadiri perkuliahan dan ada pula yang tidak baik dalam jaringan internetnya. jika dilihat segi positif dan negatif perkuliahan daring ini lebih sering terjadi pada pola negatif, seperti data tokoh yang dijabarkan di paragraf sebelumnya bahwa lebih banyak yang merasa rumit dalam melaksanakannya dibandingkan yang melihat sisi positifnya. yang kerap tidak begitu menonjol pada pelaksanaanya.
Berdasarkan survei yang saya lakukan lebih dari 90% mahasiswa universitas di Indonesia merasa bahwa sejatinya kebijakan tersebut kurang efektif. Pasalnya perkuliahan tatap muka secara langsung saja terkadang masih harus membutuhkan pemahaman ekstra, terlebih dengan adanya kebijakan kuliah online mahasiswa dituntut untuk belajar dan memahami sendiri materi yang disampaikan. Sebaiknya, proses perkuliahan daring ini lebih diperbarui kembali secara sistematis dan efektif digunakan sehingga tidak ada lagi dosen yang hanya memberikan tugas tanpa penjelasan yang spesifik dan mudah dipahami.

Artikel Halaman Opini

                    Dunia Baru Pendidikan di Tengah Pandemi      Semasa pandemi ini banyak sekali perubahan yang terjadi di negeri ini, bahk...