Adithia Syahbana : Membentuk
Gaya Penulisan Diri untuk Penulis
Aku,
tuhan, Kamu
Oleh Adithia Syahbana
Aku melihat tuhan padamu
Namun kamu tak seperti tuhan.
"Bolehkah seperti itu?"
tuhan melihat aku padamu
Namun kamu tak seperti aku.
"Ini bohong?"
Kamu melihat aku pada Tuhan
Namun aku tak seperti Tuhan--
;Dalam mencintai.
[ 2019 ]
Namun kamu tak seperti tuhan.
"Bolehkah seperti itu?"
tuhan melihat aku padamu
Namun kamu tak seperti aku.
"Ini bohong?"
Kamu melihat aku pada Tuhan
Namun aku tak seperti Tuhan--
;Dalam mencintai.
[ 2019 ]
Lelaki berumur
22 tahun ini tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di UGJ dan dikenal sebagai penyair muda. Ia seorang yang
populer dikalangan kampusnya, dengan dirinya nya yang aktif dan memiliki
keunikan dalam menulis menjadi suatu kekhasannya.
‘Adithia’ atau
‘Adit’ kerap menjadi nama panggilan kesehariannya. Adithia Syahbana dilahirkan
6 Desember di Cirebon, Jawa Barat. Kini ia bertempat tinggal di desa Karang Malang
RT/RW : 02/05, kecamatan Karang Sembung,
kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ia
menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Karang Malang
tahun 2011. Kemudian melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri
1 Karang Sembung sampai tahun 2014 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1
Lemahabang sampai tahun 2017. Ia melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan
Tinggi dan mengenyam pendidikan di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ia mulai menulis
ketika kelas 2 SMA, Awalnya ia menulis cerpen dan novel tentang kehidupan,
cinta dan teman di akun media sosial yang ia miliki. Teman-temannya pun
tertarik dengan hobi nya tersebut hingga meminta dibuatkan kisah hidupnya.
tetapi, ia merasa tak sanggup menyelesaikan tulisan itu sampai menjadi buku.
Pada saat memasuki jenjang perguruan tinggi, ia bertemu teman baru dan dosen
yang mengarahkan hobinya ke puisi. kemudian ia mengikuti komunitas “Juang
sastra Unswagati” dan “Senja Sastra” dan mulai saat itu ia menekuni hobinya
sebagai penulis. Motivasi Adithia Syahbana menjadi seorang penulis awalnya
hanya sebagai terapi diri dan menjadi diri sendiri dari kehidupannya yang gaduh
dan resah untuk menyehatkan pikirian dan perasaannya yang sebenarnya sehingga
ia menyampaikannya melalui tulisan yang ia tulis.
|
|
![]() |
Adithia Syahbana bersama kang
Acep Zamzam Noor
/Foto dok. Instagram as.bana_
|
Pada saat menulis karyanya ia
sempat mengalami kesulitan dalam menulis dan sempat berhenti menulis. Lingkar
Kompleksitas yang merupakan salah satu dari karyanya itu sempat menjadi bahan
diskusi dengan salah satu lima penyair terbesar di Indonesia yang bernama kang
Acep Zamzam Noor dan kemudian diberi pencerahan oleh beliau bahwa “dunia kepenyairan adalah dunia belajar yang
tiada henti”. setiap buku yang diliris oleh adithia ini kerap kali
membicarakan tentang seorang wanita yang menjadi idenya dalam menulis dan
menjadikan tulisannya sebagai curhatan isi hatinya. Kesulitan yang ia alami
tersebut dalam menuliskan karyanya yang pertama tidak ada seorang wanita yang
menjadi inspirasinya dan kedua kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru yang
terlalu jauh dicapai. hal yang terpenting yang dilakukan penulis adalah
menentukan gaya penulisannya dengan cara khas. Dalam membangkitkan semangat
menulis biasnya ia meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, istilah saat ini
kerap disebut ‘Me Time’. Karya-karyanya yang sudah diterbitkan adalah Terima Kasih Wanitaku (Ellunar Publisher, 2017),
Lingkar Kompleksitas (Orbit Indonesia, 2019)
dan Bentang Sayap Hari Putih (Asbanabook, 2019).
Tulisan-tulisannya telah banyak tersiar di berbagai koran dan media daring, seperti Takanta.id, Nusantara News, Kawaca.com, Penakota.id, majalah Simalaba, Riau Pos, Palembang Ekspress, Radar Cirebon, Kabar Cirebon, dan lainnya. Lalu pada tahun 2019 tulisan-tulisannya termuat dalam buku antologi puisi terbaik (nasional) Matinya Si Pemuda (OASE Pustaka, 2019). Kemudian tulisan-tulisannya juga terpilih dan diabadikan di Kantung Budaya @Leitstar_id serta dipamerkan dalam festival SHFT Jakarta tahun 2019, serta telah dialihwahanakan dalam bentuk drama berjudul Berpulang oleh HMJ Diksatrasia dan dalam bentuk lagu (Berpulang, Bahagia itu Luka, dan Malam Lengang Malam Pertanyaan) oleh Ade Arthur.
Menjadi penulis syair muda dijalani Adithia mulai tahun 2017. Seorang penulis
muda satu ini selalu mempunyai gaya penulisannya sendiri mengenai wanita, tuhan
bahkan diriya sendiri dan banyak dikenal mahasiswa. ia aktif dalam mengikuti
kegiatan kampus, tulisannya yang gaduh itu. inilah yang membuat Adithia
Syahbana disegani oleh banyak orang.

feature ini membahas tentang biografi seseorang dengan sebuah karya yang diciptakanya membuat kaum milenial terinspirasi untuk bangkit dan mempunyai mimpi tinggi, tetapi disini ada kata atau bahasa yang kurang baku sehingga harus diperbaiki lagi dan harus memuat lebih banyak tentang biografi orang tersebut dengan wawancara kepada narasumbernya langsung agar diperoleh data yang spesifik
BalasHapus