Minggu, 21 Juni 2020

Artikel Halaman Opini

                    Dunia Baru Pendidikan di Tengah Pandemi

     Semasa pandemi ini banyak sekali perubahan yang terjadi di negeri ini, bahkan dunia pendidikan menjadi salah satu yang paling menonjol dikalangan masyarakat karena sekolah menggunakan sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) tanpa tatap muka atau daring. Banyak orang tua yang ikut bertanggung jawab mendampingi anaknya untuk belajar dari rumah, mereka mengakui bahwa menamani dan menjelaskan tugas sekolah tidak semudah yang di bayangkan.

Kurikulum Pendidikan
Saat ini  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan sistem tanpa tatap muka atau daring. Hal ini telah ditetapkan Kemendikbud untuk mencegah penyebaran COVID-19, Kurikulum yang diterapkan pada masa pandemi sebaiknya menggunakan kurikulum darurat dengan menilai yang cocok dan tidaknya penerapan tersebut. Salah satu bentuk yang pemerintah lakukan untuk membuat peserta didik tidak bosan dalam belajar, Kemendikbud memberikan saluran pendidikan pembelajaran pada saluran TVRI. Guru pun dituntut untuk memberikan pembelajaran yang lebih kreatif dan mudah dipahami agar peserta didik tidak mudah bosan.
Menjelang ujian sekolah seluruh peserta didik mengerjakan ujian pun menggunakan sistem daring. Untuk Ujian Nasional (UN) bagi jenjang akhir ditiadakan, Bagaimana untuk nilai akhir sekolah? Pendidik lebih memahami bagaimana keseharian peserta didik dalam belajar maupun saat ujian sehingga tidak ada syarat-syarat yang tidak masuk akal untuk menilai muridnya.
Keterbatasan di dunia pendidikan dalam kurikulum pendidikan dapat di maksimalkan oleh pihak yang berkaitan seperti murid, guru, bahkan  pemerintah yang harus saling bekerja sama untuk memajukan pendidikan serta dapat pula mengejar ketertinggalan.

Tantangan Pendidikan.
Pendidikan lebih dipandang masyarakat ditengah pandemi ini. Mutu pendidikan dilihat semakin menurun kualitasnya di daerah-daerah tertinggal. Fasilitas yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan belajar murid dari rumah.
Kesenjangan dirasakan di daerah-daerah yang tertinggal antara pusat dan daerah. Banyak orang yang mengeluhkan daerah yang tertinggal untuk mendapatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kini menurun di lingkungannya. Kegiatan Balajar Mengajar (KBM) di daerah yang tertinggal tidak efektif karena banyak kekurangan seperti jaringan internet yang kurang memadai, alat elektronik yang tidak lengkap dan komunikasi yang tidak efektif.
Pandemi ini memberikan pelajaran pada dunia pendidikan khususnya di Indonesia, jika pandemi ini mereda, guru dan siswa dapat beraktivitas kembali. Guru kembali dituntut harus lebih kretif dalam mendidik murid-muridnya di sitauasi apapun, siswa juga membutuhkan penjelasan dan tatacara belajar jarak jauh, sehingga siswa lebih siap belajar secara online dengan tanpa tugas-tugas belajar yang memberatkan, dan orang tua perlu diberikan pemahaman bahwa tugas guru dalam proses pembelajaran begitu berat, sehingga ada kerjasama yang baik antara orang tua, siswa, guru dan sekolah.

Sabtu, 20 Juni 2020

SURAT PEMBACA

Sampah Menumpuk dan Berserakan, Tidak Ada Yang Peduli !

     Sering kali saya melihat di jalan banyak sampah yang menumpuk berserakan. Tak hanya satu orang yang membuang sampah sembarang namun banyak orang yang membuangnya sembarangan di jalan. Bahkan dalam beberapa hari sampah tidak diangkut oleh petugas kebersihan daerah. Hal ini juga menyebabkan penumpukan sampah yang berlebih dan membuat orang yang melewatinya merasa tidak nyaman karena bau busuk. 
     Bagaimanapun jalanan merupakan tempat yang digunakan bersama, seharusnya pengguna jalan  menjaganya agar tetap nyaman dilewati. Tidak hanya orang-orang yang menjaganya tetap bersih, namun petugas kebersihan juga pun harus memperhatikan tempat-tempat yang kerapkali dijadikan tempat pembuangan sampah masyarakat untuk dipindahkan, sehingga tidak ada lagi penumpukan sampah. Saya berharap semua masyarakat dan petugas kebersihan bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menindak lanjuti hal ini agar lingkungan menjadi nyaman, sehat dan asri.

Nur Awaliah Rahmah,
Warga Jakarta

Kamis, 04 Juni 2020

Tajuk Rencana


Pembelajaran Daring Merumitkan Perkuliahan
Pandemi Virus Corona atau COVID-19 yang akhir Maret lalu masuk ke Indonesia, kini membuat semua orang khawatir. Pandemi atau wabah Virus Corona sudah menyerang banyak orang bahkan Negara selain Indonesia banyak yang terpapar Virus Corona tersebut. World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi karena seluruh warga dunia berpotensi terkena infeksi penyakit COVID-19.
Di Indonesia pandemi Virus Corona atau COVID-19 banyak mengubah sendi kehidupan mulai dari pekerjaan hingga ke pendidikan. Untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 pemerintah menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk sosial distancing. Di dunia pendidikan, kebijakan ini tentu saja membuat pelajar harus belajar dirumah dan menghidari kerumunan.
Sistem pendidikan berubah akibat pandemi. Awalnya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka tetapi kini berubah menjadi sistem daring yang menggunakan berbagai macam aplikasi yang bisa dilakukan untuk proses belajar mengajar.
Berbagai mahasiswa dari universitas di Indonesia merasa dilema pada situasi pandemi yang saat ini masih belum diketahui secara pasti kapan berakhirnya masa pandemi virus Corona di Indonesia.
"Perkuliahan daring seperti ini membuat lelah, dosen yang memberi tugas berlebih dengan deadline yang singkat serta jaringan internet yang kurang memadai. Saat ini seharusnya mahasiswa tetap menjaga imun dan istirahat yang cukup agar tetap kebal terhadap Virus, menjaga kesehatan mata agar tidak rusak karena terlalu sering menatap layar. Tetapi sepertinya tidak, kerap kali mahasiswa menjaga nilainya agar tidak buruk di semester ini". Ujar Lulu, salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Menurut saya sebagai mahasiswa yang sekarang yang masih terbilang mahasiswa baru tahun 2019. Pasti tentunya ada kesulitan juga untuk mengikuti perkuliahan melalui online. Diantaranya: 1. Aplikasi yang harus di unduh untuk penyampaian materi dari dosen untuk mahasiswa. Aplikasi untuk mengumpulkan tugas. Mau tidak mau suka tidak suka harus di jalankan sebab itu jalan agar mahasiswa tidak berhenti untuk berpikir,belajar dan mendapatkan ilmu. 2. Efektivitas belajarnya kurang. 3. Terkadang tidak sesuai jadwal, seharusnya hari kamis menjadi hari senin atau selasa". Ungkap Hayatun, Salah satu mahasiswan Universitas Gunung Djati Cirebon.
"Bagi saya, kuliah online di masa pandemi ini tidak efektif karena banyaknya kendala komunikasi mulai dari jaringan, kuota, dan penggunaan aplikasi yang tidak efektif pemakaiannya. Hal ini membuat beberapa mahasiswa kurang menangkap isi materi kuliah pada saat Kuliah Online berlangsung. Ada yang mengikuti pembelajaran, namun juga ada yang tidak bisa mengikuti dikarenakan masalah sinyal tidak mendukung. Beberapa mahasiswa lainnya juga merasa di bebani oleh setumpuk tugas dari dosen, berbeda dengan kuliah biasa pada umumnya". Ujar Aulia, salah satu mahasiswa Universitas IAI Al-Azis, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Lain halnya dengan salah satu mahasiswa semester dua Universitas Nasional Prodi Biologi, Aurelia mengatakan "Sebenarnya tidak terlalu dilema sekali. Menurut saya kata dilema kurang cocok untuk menggambarkan kondisi perkuliahan saat ini. Karena perkuliahan bersistem daring seperti saat ini, mungki/n hanya membutuhkan waktu dan energi yang ekstra agar dapat menerima materi perkuliahan secara utuh. Mengingat kuliah daring ini memiliki keterbatasan dalam segi pemahaman, jadi kita perlu lebih banyak membaca dan memahami materi kuliah yang diberikan. Selain pada waktu penjelasan ketika forum Zoom maupun Google Meet. Sisi positifnya kita menjadi lebih kritis dalam berpikir, dan lebih mandiri untuk mencari berbagai informasi tambahan. Dan negatifnya dari kuliah daring ini, menurut saya cukup menyita banyak waktu dalam memahami materi. Dibandingkan kelas tatap muka yang mudah bertanya untuk memahami materi. Selain itu tugas juga semakin bertambah banyak, tidak seperti sebelumnya saat kuliah tatap muka". Jelasnya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan setelah berlakunya sosial distacing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tentunya juga dihimbau untuk pelaksanaan sekolah/kuliah dilakukan secara online. Namun ternyata, kebijakan ini tidak berlangsung dengan efektif sesuai dengan gambaran kebijakannya. Bahkan banyak yang mengalami kesulitan, seperti penggunaan teknologi, keterbatasan sarana dan prasarana, Jaringan Internet yang tidak memadai, dan proses pembelajaran yang tidak efektif. Hal ini membuat Mahasiswa menjadi dilema dalam melakukan perkuliahan daring.
Perkuliahan daring seperti ini membuat mahasiswa dilema karena kesulitan untuk mengatur waktu saat kuliah, terlebih lagi ada beberapa dosen yang memberikan tugas rumit dengan deadline di hari yang sama sehingga tidak mudah untuk tepat waktu dalam pengumpulan ataupun menghadiri perkuliahan dan ada pula yang tidak baik dalam jaringan internetnya. jika dilihat segi positif dan negatif perkuliahan daring ini lebih sering terjadi pada pola negatif, seperti data tokoh yang dijabarkan di paragraf sebelumnya bahwa lebih banyak yang merasa rumit dalam melaksanakannya dibandingkan yang melihat sisi positifnya. yang kerap tidak begitu menonjol pada pelaksanaanya.
Berdasarkan survei yang saya lakukan lebih dari 90% mahasiswa universitas di Indonesia merasa bahwa sejatinya kebijakan tersebut kurang efektif. Pasalnya perkuliahan tatap muka secara langsung saja terkadang masih harus membutuhkan pemahaman ekstra, terlebih dengan adanya kebijakan kuliah online mahasiswa dituntut untuk belajar dan memahami sendiri materi yang disampaikan. Sebaiknya, proses perkuliahan daring ini lebih diperbarui kembali secara sistematis dan efektif digunakan sehingga tidak ada lagi dosen yang hanya memberikan tugas tanpa penjelasan yang spesifik dan mudah dipahami.

Minggu, 31 Mei 2020

Tidak Ada Perbaikan Jalanan Rusak di Desa Ujung Gebang, Kabupaten Cirebon.

     Desa Ujung Gebang merupakan kampung halaman saya. Saya melihat jalanan-jalanan desa lain di kabupaten Cirebon sudah banyak yang di aspal. Tetapi, hal itu tidaklah terjadi di desa yang merupakan kampung halaman saya ini.
Jalanan masih seperti dahulu, tidak diaspal dan banyak jalanan berlubang serta licin. Ada beberapa kejadian kecelakaan kecil seperti pengendara motor dan pengendara sepeda jatuh karena jalanan yang berlubang dan licin tersebut.
     Pengalaman saya ketika mengendarai motor untuk pergi ke warung diperjalanan ada jalan yang berlubang dan licin. Karena banyaknya lubang saya harus mencari jalan yang setidaknya masih bisa dilewati. Saya mengendarai motor dengan kecepatan sedang dan tidak melihat adanya jalan yang berlubang itu dan akhirnya saya terjatuh. 
     Dari beberapa kejadian tersebut membuat warga sekitar tidak nyaman dengan infrastruktur yang tidak dilirik pemerintah. Pasalnya warga sekitar sudah membayar pajak setiap tahunnya tetapi tidak ada timbal balik dari pemerintah. Saya berharap pemerintah di desa Ujung Gebang, Kabupaten Cirebon ini segera bertindak lebih lanjut mengenai perbikan jalan yang rusak.
Hormat saya,

Nur Awaliah Rahmah

IDENTIFIKASI STRUKTUR SURAT PEMBACA YANG BERJUDUL “KERETA API YANG MENUNDA KEBERANGKATAN SANGAT LAMA”


Judul : Kereta Api yang Menunda Keberangkatan Sangat Lama

Lokasi dan Waktu Kejadian : stasiun Sukasuka. Tanggal 1 April 2018, pukul 08.00 pagi

Kejadian yang Dialami : Tidak ada konfirmasi pemberitahuan tentang penundaan keberangkatan kereta api.

Kronologis Kejadian :  Pada tanggal 1 April 2018 yang lalu, saya hendak pergi ke kota Sukakopi dengan menggunakan kereta api. Saya tiba di stasiun Sukasuka pada pukul 08.00 pagi, satu jam sebelum keberangkatan. Pada saat itu situasi cukup ramai, namun tidak sampai berdesak-desakan. Saya mengantri tiket selama 15 menit kemudian saya bersiap-siap masuk ke dalam kereta.
Setelah saya duduk di dalam kereta, saya sibuk membaca koran hingga saya melihat jam tangan saya tepat menunjukkan pukul 09.00, waktunya kereta berangkat ke kota tujuan. Namun, hingga pukul 09.15, kereta tidak juga berjalan, tidak ada pula pemberitahuan tentang penundaan keberangkatan, tidak ada juga pegawai atau petugas yang hadir di dalam gerbong kereta. Hingga pukul 10.00, keadaan belum juga berubah. Penumpang yang lainnya tampak santai-santai saja menghadapi penundaan keberagkatan yang tidak ada kejelasannya tersebut. Saya berusaha mencari petugas di dalam kereta. Yang saya temui hanyalah petugas kebersihan. Ketika saya tanyai, ia menjawab bahwa penundaan tersebut sudah sering kali terjadi, sehingga penumpang yang lain tidak akan panik. Hal tersebut tentu sangat merugikan, apalagi tidak ada satupun pengumuman yang diberikan pada penumpang. Pada pukul 10.10 barulah kereta berangkat. Kejadian tersebut membuat saya terlambat 1 jam 30 menit dalam menghadiri rapat kantor. 

Kritik Penulis : Pelayanan tersebut sangat mengecewakan, apalagi hal tersebut menyangkut waktu keberangkatan yang molor sangat lama dari jadwal seharusnya.

Saran yang Diajukan Penulis : Saya berharap pihak pemerintah dapat menertibkan permasalahan tersebut mengingat bahwa stasiun Sukasuka adalah stasiun kereta api yang berada dalam naungan pemerintah.

Identitas Penulis : Anton Jaya, warga tegal

Kamis, 21 Mei 2020

Adithia Syahbana : Membentuk Gaya Penulisan Diri untuk Penulis


Adithia Syahbana : Membentuk Gaya Penulisan Diri untuk Penulis

Aku, Tuhan, Kamu
Oleh Adithia Syahbana

Aku melihat tuhan padamu
Namun kamu tak seperti tuhan.

"Bolehkah seperti itu?"

tuhan melihat aku padamu
Namun kamu tak seperti aku.

"Ini bohong?"

Kamu melihat aku pada Tuhan
Namun aku tak seperti Tuhan--

;Dalam mencintai.

[ 2019 ]

Lelaki berumur 22 tahun ini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UGJ dan dikenal sebagai penyair muda. Ia populer di kalangan  kampusnya. Kekhasan Adit adalah aktif menulis dan memiliki keunikan.
‘Adithia’ atau ‘Adit’ kerap menjadi nama panggilan kesehariannya. Adithia Syahbana dilahirkan 6 Desember di Cirebon, Jawa Barat. Kini ia bertempat tinggal di desa Karang Malang RT/RW  : 02/05, kecamatan Karang Sembung, kabupaten Cirebon,  Jawa Barat. Ia menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Karang Malang tahun 2011. Kemudian melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Karang Sembung sampai tahun 2014 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Lemahabang sampai tahun 2017. Ia melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan tinggi dan mengenyam pendidikan di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ia mulai menulis ketika kelas 2 SMA. Awalnya ia menulis cerpen dan novel tentang kehidupan, cinta, dan teman di akun media sosial yang ia miliki. Teman-temannya pun tertarik dengan hobinya tersebut hingga meminta dibuatkan kisah hidupnya. Namun, ia merasa tak sanggup menyelesaikan tulisan itu sampai menjadi buku. Pada saat memasuki jenjang perguruan tinggi, ia bertemu teman baru dan dosen yang mengarahkan hobinya pada puisi. Kemudian  ia mengikuti komunitas “Juang sastra Unswagati” dan “Senja Sastra” dan mulai saat itu ia menekuni hobinya sebagai penulis. Motivasi Adithia Syahbana menjadi seorang penulis awalnya hanya sebagai terapi diri dan menjadi diri sendiri dari kehidupannya yang gaduh dan resah. Selain itu, aktif dalam komunitas sastra adalah untuk menyehatkan pikirian dan perasaannya yang sebenarnya sehingga ia menyampaikannya melalui tulisan yang ia tulis.

Silih bertukar tanda tangan dengan 
Kang @acep_zamzamnoor pada anak masing-masing. 
Semoga kelak kuseperti beliau. Tabik. 
Jangan lupa tersenyam, berbahagia dan bersyukur 
dengan puisi./Foto dok. Instagram as.bana_

Pada saat menulis karyanya, ia sempat mengalami kesulitan dalam menulis dan sempat berhenti menulis. Lingkar Kompleksitas yang merupakan salah satu dari karyanya itu sempat menjadi bahan diskusi dengan salah satu lima penyair terbesar di Indonesia yakni Acep Zamzam Noor dan kemudian diberi pencerahan oleh beliau bahwa “Dunia  kepenyairan adalah dunia belajar yang tiada henti”. Setiap buku yang diliris oleh Adithia ini kerap kali membicarakan tentang seorang wanita yang menjadi inspirasinya dalam menulis dan menjadikan tulisannya sebagai curhatan isi hatinya. Kesulitan yang ia alami dalam menulis karya pertamanya adalah tidak adanya seorang wanita sebagai inspirasinya. Kesulitan kedua adalah dalam mempelajari hal-hal baru yang terlalu jauh dicapai. Hal terpenting yang dilakukan penulis adalah menentukan gaya penulisannya dengan cara khas. Dalam membangkitkan semangat menulis biasanya ia meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, istilah saat ini kerap disebut ‘Me Time’. Karya-karyanya yang sudah diterbitkan adalah Terima Kasih Wanitaku (Ellunar Publisher, 2017), Lingkar Kompleksitas (Orbit Indonesia, 2019) dan Bentang Sayap Hari Putih (Asbanabook, 2019).
Tulisan-tulisannya telah banyak tersiar di berbagai koran dan media daring, seperti Takanta.id, Nusantara News, Kawaca.com, Penakota.id, majalah Simalaba, Riau Pos, Palembang Ekspress, Radar Cirebon, Kabar Cirebon. Pada tahun 2019 tulisan-tulisannya termuat dalam buku antologi puisi terbaik (nasional) Matinya Si Pemuda (OASE Pustaka, 2019). Kemudian tulisan-tulisannya juga terpilih dan diabadikan di Kantung Budaya @Leitstar_id serta dipamerkan dalam festival SHFT Jakarta tahun 2019, serta telah dialihwahanakan dalam bentuk drama berjudul Berpulang oleh HMJ Diksatrasia dan dalam bentuk lagu (Berpulang, Bahagia itu Luka, dan Malam Lengang Malam Pertanyaan) oleh Ade Arthur.

Menjadi penulis syair muda dijalani Adithia mulai tahun 2017. Seorang penulis muda satu ini selalu mempunyai gaya penulisannya sendiri mengenai wanita, Tuhan,  bahkan diriya sendiri banyak dikenal mahasiswa. Ia aktif dalam mengikuti kegiatan kampus. Tulisannya yang gaduh itu membuat Adithia Syahbana disegani oleh banyak orang.




.

Adithia Syahbana : Membentuk Gaya Penulisan Diri untuk Penulis


Adithia Syahbana : Membentuk Gaya Penulisan Diri untuk Penulis

Aku, tuhan, Kamu
Oleh Adithia Syahbana

Aku melihat tuhan padamu
Namun kamu tak seperti tuhan.

"Bolehkah seperti itu?"

tuhan melihat aku padamu
Namun kamu tak seperti aku.

"Ini bohong?"

Kamu melihat aku pada Tuhan
Namun aku tak seperti Tuhan--

;Dalam mencintai.

[ 2019 ]
Lelaki berumur 22 tahun ini tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UGJ dan dikenal sebagai penyair muda. Ia seorang yang populer dikalangan kampusnya, dengan dirinya nya yang aktif dan memiliki keunikan dalam menulis menjadi suatu kekhasannya.
‘Adithia’ atau ‘Adit’ kerap menjadi nama panggilan kesehariannya. Adithia Syahbana dilahirkan 6 Desember di Cirebon, Jawa Barat. Kini ia bertempat tinggal di desa Karang Malang RT/RW  : 02/05, kecamatan Karang Sembung, kabupaten Cirebon,  Jawa Barat. Ia menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Karang Malang tahun 2011. Kemudian melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Karang Sembung sampai tahun 2014 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Lemahabang sampai tahun 2017. Ia melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dan mengenyam pendidikan di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ia mulai menulis ketika kelas 2 SMA, Awalnya ia menulis cerpen dan novel tentang kehidupan, cinta dan teman di akun media sosial yang ia miliki. Teman-temannya pun tertarik dengan hobi nya tersebut hingga meminta dibuatkan kisah hidupnya. tetapi, ia merasa tak sanggup menyelesaikan tulisan itu sampai menjadi buku. Pada saat memasuki jenjang perguruan tinggi, ia bertemu teman baru dan dosen yang mengarahkan hobinya ke puisi. kemudian ia mengikuti komunitas “Juang sastra Unswagati” dan “Senja Sastra” dan mulai saat itu ia menekuni hobinya sebagai penulis. Motivasi Adithia Syahbana menjadi seorang penulis awalnya hanya sebagai terapi diri dan menjadi diri sendiri dari kehidupannya yang gaduh dan resah untuk menyehatkan pikirian dan perasaannya yang sebenarnya sehingga ia menyampaikannya melalui tulisan yang ia tulis.
Adithia Syahbana bersama kang 
Acep Zamzam Noor
/Foto dok. Instagram as.bana_

       Pada saat menulis karyanya ia sempat mengalami kesulitan dalam menulis dan sempat berhenti menulis. Lingkar Kompleksitas yang merupakan salah satu dari karyanya itu sempat menjadi bahan diskusi dengan salah satu lima penyair terbesar di Indonesia yang bernama kang Acep Zamzam Noor dan kemudian diberi pencerahan oleh beliau bahwa “dunia kepenyairan adalah dunia belajar yang tiada henti”. setiap buku yang diliris oleh adithia ini kerap kali membicarakan tentang seorang wanita yang menjadi idenya dalam menulis dan menjadikan tulisannya sebagai curhatan isi hatinya. Kesulitan yang ia alami tersebut dalam menuliskan karyanya yang pertama tidak ada seorang wanita yang menjadi inspirasinya dan kedua kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru yang terlalu jauh dicapai. hal yang terpenting yang dilakukan penulis adalah menentukan gaya penulisannya dengan cara khas. Dalam membangkitkan semangat menulis biasnya ia meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, istilah saat ini kerap disebut ‘Me Time’. Karya-karyanya yang sudah diterbitkan adalah Terima Kasih Wanitaku (Ellunar Publisher, 2017), Lingkar Kompleksitas (Orbit Indonesia, 2019) dan Bentang Sayap Hari Putih (Asbanabook, 2019).

Tulisan-tulisannya telah banyak tersiar di berbagai koran dan media daring, seperti Takanta.id, Nusantara News, Kawaca.com, Penakota.id, majalah Simalaba, Riau Pos, Palembang Ekspress, Radar Cirebon, Kabar Cirebon, dan lainnya. Lalu pada tahun 2019 tulisan-tulisannya termuat dalam buku antologi puisi terbaik (nasional) Matinya Si Pemuda (OASE Pustaka, 2019). Kemudian tulisan-tulisannya juga terpilih dan diabadikan di Kantung Budaya @Leitstar_id serta dipamerkan dalam festival SHFT Jakarta tahun 2019, serta telah dialihwahanakan dalam bentuk drama berjudul Berpulang oleh HMJ Diksatrasia dan dalam bentuk lagu (Berpulang, Bahagia itu Luka, dan Malam Lengang Malam Pertanyaan) oleh Ade Arthur.
Menjadi penulis syair muda dijalani Adithia mulai tahun 2017. Seorang penulis muda satu ini selalu mempunyai gaya penulisannya sendiri mengenai wanita, tuhan bahkan diriya sendiri dan banyak dikenal mahasiswa. ia aktif dalam mengikuti kegiatan kampus, tulisannya yang gaduh itu. inilah yang membuat Adithia Syahbana disegani oleh banyak orang.

Rabu, 20 Mei 2020

Resensi Novel My Ice Girl

Judul Buku : My Ice Girl
Penulis : Pitsansi
Penerbit : Bentang Belia
Terbit : 2018



























Sinopsis Novel My Ice Girl
        
      Novel ini mengisahkan tentang anak yang pindah ke sekolah baru karena ingin menyelidiki kasus pembunuhan adiknya. Ia adalah laki-laki playboy di sekolah lamanya. Baru beberapa bulan ia pindah ke sekolah baru ia sudah banyak dikenal siswa/i lainnya. Nama ia adalah Malik. Ketika Malik berada dikoridor kantin, matanya tertuju pada pesona lesung pipi yang dimiliki gadis bernama Dara. Malik menggelar konser dadakan dikoridor kantin untuk menarik perhatian Dara. Namun sayang, pesona itu tidak mempan untuknya. Dara tahu reputasi malik yang buruk. Sikap Dara yang berbeda dengan mantan kekasih nya dulu, membuatnya tertantang untuk merebut hatinya. Terlebih lagi ada Gino, kapten tim futsal yang disukai Dara. Keadaan ini membuat mereka mengalami kisah cinta segitiga.
       Inti kisah novel ini adalah tentang Malik yang ingin menyelidiki kematian Manda, adiknya. Selain itu, Malik berjuang terus menerus mendekati Dara hingga hatinya luluh kepadanya. Perlahan ia juga menemukan beberapa petunjuk yang memacu pada kasus pembunuhan adiknya. keadaan tersebut membuat Malik menjadi bingung. Mengapa petunjuk kematian adiknya mengarah pada Dara. mungkinkah Dara terlibat pada kematian adiknya?. Semakin Dara menjauh dari Malik, entah kenapa takdir mendekati mereka. Kedua orang tua mereka ternyata berteman dan mereka tinggal bertetanggaan disatu kompleks. Perlahan Dara mulai luluh hatinya karena pertolongan Malik di pesta ulang tahun sahabatnya sehingga membuat jantungnya bereaksi aneh saat menatap malik. Disamping itu pelaku dibalik kasus kematian Manda semakin mengerucut dan petunjuk terus bermunculan, apakah Malik dapat menemukan pelaku sebenarnya ? dan bagaimana jika kenyataannya Dara juga terlibat dengan kematiannya adiknya? petunjuk yang ia temukan membuat malik takut kehilangan kebersamaan kalau salah seorang sahabatnya terlibat.

Kelebihan :
Dilihat dari aspek isinya tentang kisah remaja yang membuat pembaca penasaran tentang kisah mereka karena konfliknya berjalan sesuai alur dan kompleks serta ceritanya yang memberikan teka-teki yang dibuat sulit ditebak pembaca.

Kekurangan :
Dilihat dari cover yang digunakan tidak begitu menarik karena tema cover dengan tulisan berbeda, seharusnya dibentuk sesuai isi cerita yang terdapat dalam nover tersebut.

Minggu, 05 Januari 2020

Artikel Feature tokoh


KETERBATASAN TIDAK AKAN MEMBUAT SAYA MATI UNTUK BERKARYA


Desa di masa kini dipandang sebagai masa depan untuk kehidupan yang lebih baik. Jika dulu kebanyakan orang, khususnya anak muda melihat petani dengan sebelah mata karena identik dengan kemiskinan, sekarang profesi itu mulai digandrungi.


Kick Andy menghadirkan Paidi usia 37th. yang merupakan warga Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mendapatkan banyak keuntungan dari budi daya porang. Namun, perlu diketahui bahwa perjuangan Paidi itu tidak mudah dilalui.
Awal mula Paidi sempat menjadi penjual tahu keliling. Sungguh malang, usaha rintisannya itu bangkrut karena kerap diutang pembelinya di sejumlah kampung yang kunjungi. tetapi hal itu  tak mematahkan semangat, Paidi kemudian menyiasati kekurangannya itu untuk mengumpulkan plastik bekas makanan dari para pembelinya dengan menjadi pemulung. menjadi pemulung memberikan secercah harapan, hingga kemudian memantik keberanian Paidi untuk mengajukan pinjaman modal kepada bank untuk memperbesar usahanya. ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang  diharapkan. pada akhirnya, paidi bangkrut untuk kedua kali.
Setelah bangkrut dua kali, Paidi memikirkan pekerjaan selanjutnya yang akan ia kerjakan kemudian menghabiskan waktunya di warnet untuk mempelajari berbagai macam referensi terkait dengan budi daya porang. Porang adalah tanaman penghasil umbi yang memiliki nama Latin Amorphophallus muelleri. Selain dapat dimakan, jenis umbi itu juga dapat dijadikan bahan kosmetik dan biasanya tumbuh di bawah pohon.
Namun, berkat rasa keinginannya yang kuat dan banyak mendapatkan informasi di internet hingga sekarangdapat menemukan solusi untuk membudidayakan porang tanpa pohon pelindung. Dari situ pula, paidimendapatkan pembeli langsung dari luar negeri dengan omzet yang cukup besar. Kini penghasilan Paidi sudah mencapai miliaran, dan banyak membagikan ilmunya itu lewat blog dan Youtube yang ia punya. Bahkan, paidi ingin datang ke berbagai daerah di Indonesia untuk berbagi ilmu budi daya porang karena kebutuhan porang itu masih sangat besar, sedangkan jumlah petani porang di dunia masih sangat sedikit.
Berkat keterampilan yang Paidi lakukan, kini porang seakan menjadi sorotan, khususnya bagi warga Kepel. Paidi kini dapat meraih keuntungan hingga Rp1 miliar dari setiap 1 hektare (ha) lahan yang dikelolannya. Padahal, ia memiliki 4 ha lahan, dan dari situlah ia mulai menggerakkan masyarakat Kepel lewat Kelompok Tani Sarwo Asih agar mengikuti jejaknya dalam kurung waktu tujuh tahun belakangan.
Porang yang ditanam Paidi dan warga kepel mempunyai dua jenis masa panen. yaitu  pemaneman selama enam bulan sekali dan ada pula yang panen selama dua tahun sekali. masing-masing pohon yang dihasilkan minimal 2 kilogram porang, dan yang tidak kalah menarik ternyata Paidi yang menghasilkan panen porang mencapai 900 ton yang bernilai Rp5,4 miliar pada 2018.
Paidi mengekspor Porang ke Tiongkok sejak 2017. dan berhasil mengirim 370 ton porang kering. Sebenarnya 80% porang ini bisa digunakan menjadi bahan makanan lezat. Sebanyak 20%-nya lagi menjadi bahan kosmetik, dan ada juga bagian yang paidi tidak terlalu mengerti dapat digunakan untuk pesawat terbang dan pasta gigi, dan kenapa selama dua tahun lalu penjualan porang ini sangat tinggi, karena pasarnya sudah sampai ke Eropa.
Setelah mencapai titik yang dewasa ini telah diraih Paidi, untuk ke depannya paidi membuka kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk belajar budi daya porang di desa Kepel. Selain itu, paidi juga mewanti-wanti kepada semua orang untuk tidak takut membudidayakan porang karena dewasa ini kebutuhan porang di pasaran hanya mampu dicukupi sebesar 10%.

Dengan begitu Paidi sekarang sudah menjadi seorang yang luar biasa dapat kita ambil hikmah didalamnya, bahwasannya kerja keras yang kita lakukan saat ini akan berbuah dikemudian hari. melakukan setiap hal lakukanlah dengan doa dan usaha in sya Allah akan lancar semua dan berfikir positif serta jangan patah semangat, ingatlah selalu bahwa keterbatasan jangan dijadikan alasan untuk mati dalam berkarya, semua bisa dilakukan asal kamu yakin dan percaya bahwa kamu itu bisa. sekian artikel dari saya, mohon maaf apa ada salah kata atau yang lainnya karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. 



Minggu, 24 November 2019

Bulan Bahasa


Laporan Kegiatan Bulan Bahasa ke-14

Pendahuluan
            Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan hidayahNya kita masih diberikan kesehatan sehingga dapat menjalankan kegiatan dengan baik.
            Bulan Bahasa merupakan bulan dimana setiap orang dapat mengekspresikan  bakatnya terutama dalam bidang sastra yang bertujuan untuk lebih mencintai budaya sendiri yaitu budaya Indonesia.
Latar Belakang
      Dalam Memperingati Bulan Bahasa Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengadakan kegiatan Bulan Bahasa yang ke-14.
Kegiatan ini diadakan sebagai ajang perlombaan dalam berekspresi untuk para siswa SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat se-wilayah III Cirebon dan Tak hanya perlombaan yang akan diadakan dalam memperingati Bulan Bahasa yang ke-14 melainkan Seminar Nasional yang diadakan bersama dengan mahasiswa pascasarjana Universitas Gunung Jati untuk menambah wawasan mahasiswa Universitas Gunung Jati.
Tujuan Acara Bulan Bahasa


1. Mengembangkan bakat, potensi serta kualitas siswa SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat se-wilayah III Cirebon
2.  Sebagai bentuk apresiasi
3.  Melestarikan seni dan budaya Indonesia
4. Menambah wawasan untuk mahasiswa Universitas Gunung Jati dalam pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
Waktu dan Tempat

1. Hari/Tanggal   : Senin, 18 November 2019
          Waktu              : Pukul 08.00 – Selesai
          Tempat            : Kampus II Universitas Gunung Jati
2. Hari/Tanggal   : Selasa, 19 November 2019
    Waktu              : Pukul 08.00 – Selesai
    Tempat            : Kampus II Universitas Gunung Jati
3. Hari/Tanggal   : Rabu, 20 November 2019
    Waktu              : Pukul 08.00 – Selesai
    Tempat            : Kampus II Universitas Gunung Jati
4. Hari/Tanggal   : Kamis, 21 November 2019
         Waktu               : Pukul 08.00 – Selesai
         Tempat             : Kampus II Universitas Gunung Jati
5. Hari/Tanggal   : Jumat, 22 November 2019
    Waktu              : Pukul 08.00 – Selesai
    Tempat            : Kampus II Universitas Gunung Jati
6. Hari/Tanggal   : Sabtu, 23 November 2019
    Waktu              : Pukul 08.00 – Selesai
    Tempat            : Gedung Graha Abdi Negara

Jenis Kegiatan yang Ditampilkan
1.      Perlombaan membaca puisi tingkat SMA/Sederajat dengan peserta 77 orang
2.      Perlombaan musikalisasi puisi tingkat SMA/Sederajat dengan peserta 13 orang
3.      Perlombaan Perlombaan puisi tingkat SMP/Sederajat dengan peserta 77 orang
4.      Perlombaan membaca berita tingkat SMP/Sederajat dengan peserta 43 orang
5.      Seminar Nasional Bina Bahasa IV
Penutup
Demikian hasil dari laporan kegiatan Bulan Bahasa yang ke-14 yang telah dilaksanakan selama enam hari, Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar dan sukses. Mohon maaf yang sebenar-benarnya jika masih ada kekurangan dari laporan kegiatan yang saya buat ini. Saya harap pembaca dapat menyampaikan kritik atau sarannya dengan lugas. Sekian dan terima kasih.

Artikel Halaman Opini

                    Dunia Baru Pendidikan di Tengah Pandemi      Semasa pandemi ini banyak sekali perubahan yang terjadi di negeri ini, bahk...